Wisata pasir timbul pulau Nain ini beberapa waktu lalu sempat ngehits di kalangan anak muda dan masyarakat Sulut.
Banyak foto-foto yang diambil di tempat wisata ini bertebaran di berbagai media sosial baik itu Facebook atau Instagram, terlebih setelah artikel yang membahas tempat ini cukup viral di Kompasiana.
Apalagi yang namanya pamer dan eksis itu sudah jadi makanan kedua setelah nasi…. Upss.
Ini kenapa ceritanya lari kesana kemari ya hehe.
Anw ini sebenarnya postingan jadul hehe, karena kami kesana pada tahun 2015 lalu. Nah karena barusan punya rumah baru di website ini, jadinya baru diposting.
Saya pribadi sejujurnya kurang tahu apa dan bagaimana tempat ini, sampai akhirnya menjejakkan kaki langsung di pasir putihnya. Itupun tanpa perencanaan sama sekali.
Hanya karena kebetulan, saya diajak teman yang beruntung namanya Linny (Halo Linny :P) , dia mendapat hadiah tiket gratis untuk dua orang, paket perjalanan ke pasir timbul pulau Nain senilai 150 ribu per orang.
Wah…. Gratis dong? Gak lah… (-_-) tiketnya dikasih sama adiknya dan adik pacarnya, pacarnya namanya Donny (HALO Donny dan Linny HAHA).
Saya? Yah bayar! Orang Manado bilang kiapa ngana pe opa pe parao (emang yang punya perahu kakekmu-red). Hehehe.
So.. akhirnya dengan segera dan tak rela, ditransferlah uang Rp.150 ribu via atm untuk pembayaran paket tur ke pulau Nain ini. Agak mepet juga karena hari H sudah esoknya.
Tersesat
Singkat cerita , loncat sana loncat sini, pada hari H-nya, kami berangkat ke kota Manado menuju meeting point di pelabuhan Marina Bay.
Dan kami tak menemukan tempatnya. Hebat kan?
Haha.
Karena sedikit misskomunikasi (banyak missnya sih kalo ini -_-), ternyata kami malah nyasar di kawasan Megamas, bersebelahan dengan kawasan Marina Baynya.
Tanya sana-sini jawabannya pun tak memadai. Mungkin karena pertanyaannya salah ya. Yang kami cari adalah Pirate’s Cafe dan tak satupun orang yang ditanya memberi lokasi tepatnya. Apalagi si penyelenggara tur yang tak memberi keterangan rinci, duh.
Akhirnya kami menemukan tempatnya setelah search geolocation di Instagram dan Google Map. Bukan saya yang dapat ide brilian itu, tapi Eodya (HALO Eodya :D).
Makasee Eo, kalo ndak ada Eo minimal torang so tadampar di Kalasey HAHAHA!
Kami berangkat dari rumah di kota Bitung (Baca juga postingan Kota Bitung ini ya) sekitar pukul 5.30. Alasannya karena menurut penyelenggara tur, kami akan naik perahu dan berangkat sekitar pukul 8 pagi, jadi maksimal pukul 7.30 sudah harus ada di lokasi meeting pointnya karena akan ada registrasi ulang.
Berita bagusnya, setelah nyasar sana sini ternyata kami belum terlambat (saya lupa kami sampai lebih dulu dari penyelenggaranya atau tidak), kami sampai di lokasi pertemuan sudah hampir pukul 8 kayaknya.
Berita buruknya, penyelenggara turnya mengubah jadwal sesuka hati, jadi curiga jangan-jangan penyelenggaranya pernah kerja di Li*on Air yang suka mendelay pesawat tanpa prikemanusiaan hehe.
Dari jadwal keberangkatan pukul 8, ternyata molor sampai satu jam. Kami pun berangkat nanti pukul 9 lewat.
Lama perjalanan ke pasir timbul pulau Nain estimasinya adalah dua jam menggunakan perahu. Jadi kami akan tiba di sana pukul 11 siang. Perahu yang digunakan sendiri cukup besar untuk menampung peserta tur yang cukup banyak, mungkin ada lebih dari 50 orang yang ikut, saya tak menghitung rincinya (bekeng lalah jo mo rekeng).
2 jam perjalanan memang agak terasa membosankan, selain ribut dengan suara mesin perahu, juga tak banyak yang bisa dilakukan atau dilihat selain lautan biru di kiri dan kanan.
Sebelum keberangkatan, pihak penyelenggara tur ini sudah memberikan pengumuman tentang aturan main nantinya, peserta selain dilarang buang sampah sembarangan juga dilarang untuk menyentuh, atau menangkap biota laut, ataupun menginjak terumbu karang (yang mana sampai sekarang masih marak dilakukan orang).
So far ketentuannya lumayanlah dalam penanganan terhadap peserta tur ini. Kalo kamu tipikal orang yang bisa tidur sekalipun di tengah suara bising silakan beristirahat selama perjalanan tadi, jika tidak yah silakan ngobrol dengan teman.
Dan jika temanmu lagi sibuk ngobrol dengan pacarnya, yaaaah gak tahu deh hehe.
Menikmati jernihnya air laut di Pasir Timbul Pulau Nain
Tiba di daerah pasir timbul ini, kesan pertama yang saya dapat “Waaaaaah airnya jerniiiiih sekali!”
Beneran, rasanya pengen langsung nyebur! Warna hijau dengan pasir yang begitu lembut diantara sela-sela jemari kakimu akan langsung terasa begitu turun dari perahu.
Selain itu tumpukan karang di beberapa tempat terlihat jelas dari atas air, jika kamu beruntung kamu bisa melihat beberapa ekor ikan kecil berenang di antaranya.
Tapi tunggu dulu….. Ini kan namanya pasir timbul? Mana pasirnya?
Ternyata oh ternyata pada beberapa bagian tempat, areanya cukup dangkal, sehingga ketika air agak surut maka pasirnya akan terlihat ke permukaan menyerupai pulau tersendiri.
Lihat area putih memanjang di foto di atas? Itu adalah daratan pasir yang timbul saat air laut belum terlalu tinggi, foto di atas dipotret beberapa saat sebelum kami turun dari perahu besar berganti ke perahu yang lebih kecil.
Untuk menuju ke pasir timbulnya sendiri, kita harus berganti perahu dari perahu utama yang besar tadi, ke perahu kecil yang banyak tersedia. Sepertinya pemilik perahu kecil ini memang dari warga sekitar yang memiliki perahu tersebut dan dimanfaatkan untuk mengantarkan para turis ini (ceileh turis) ke pasir timbulnya.
Nah, saat kami turun ke ke daerah pasir timbulnya, sudah hampir tengah hari, otomatis air laut sudah meninggi sehingga daerah pasir timbulnya sudah tidak terlalu nampak.
Mungkin kalau kita berangkat dari pukul 8, masih keburu foto-foto seperti mas yang ngehits di bawah ini hehe.
Tapi tak mengapa, seperti saya bilang tadi airnya jernih sekali! Kamu takkan menyesal jika datang ke pasir timbul Pulau Nain ini. Baik yang cuma sekedar foto-foto atau memang mau menceburkan diri yah boleh-boleh saja.
Oh ya waktu kami ke sana lautnya lagi teduh sekali, so suasana di daerah pasir timbul cukup tenang… Tapi panas!
Serius, jika kamu tipe yang anti dengan sinar matahari, kayaknya pikir dua kali deh untuk bermain air di sini. Tak ada pepohonan sama sekali karena ini bukan pulau. Jika air pasang maka daratan yang ada akan lenyap, jadi tak mungkin ada pohon yang bertumbuh.
Meski begitu, sensasi air laut tadi akan membuat rasa panasnya tak terasa!
Para peserta tur diberi kesempatan sekitar satu setengah jam untuk bermain air di seputaran pasir timbul ini. Menariknya penyelenggara tur menyediakan properti bagi yang ingin foto-foto, seperti tenda dan kursi, walaupun faktanya hanya sebagian yang menggunakan.
Selain itu seperti disebutkan tadi, karena airnya sudah cukup tinggi maka daratan pasir timbulnya sudah tidak nampak lagi, jadi agak berkurang deh ‘sensasi’ pasir timbulnya hehe.
Meski demikian, hal itu tampaknya tak menyurutkan euforia peserta tur kali ini. Semuanya tampak gembira sambil jepret sana-jepret sini.
Kalo kamu berniat untuk mandi, tentu boleh, silakan bawa baju ganti karena di perahu utama tersedia toilet sekaligus kamar mandi buat yang ingin ganti pakaian.
Setelah puas bermain air di pasir timbul pulau Nain, kami diinstruksikan untuk segera kembali ke perahu utama, tentu menggunakan perahu-perahu kecil yang sudah tersedia.
Setelah itu kami akan melanjutkan perjalanan ke pulau Bunaken lalu snorkeling di spot yang ada. Untuk ceritanya nanti di lain waktu ya hehe.
Bagaimana menuju ke Pasir Timbul Pulau Nain?
Berikut beberapa fakta yang mungkin bermanfaat, buat kamu yang tertarik untuk berwisata ke pasir timbul Pulau Nain.
Untuk menuju ke pelabuhan Marina atau daerah Megamas tempat perahu ke Bunaken atau pulau Nain ini, dari bandara Samrat kamu bisa menaiki angkot jurusan 45. Jangan malu bertanya ke pak sopirnya harus berhenti dimana, (orang Manado kan ramah-ramah hehe)
Selain itu banyak juga kok hotel atau penginapan murah di seputaran Manado jika kamu memang berniat menginap. Pilihan menuju ke pasir timbul Pulau Nain sendiri ada dua.
Kamu bisa menyewa perahu sendiri atau bareng teman-temanmu, harga sewa perahu tentu dinegosiasikan dengan pemilik. Biasanya berkisar 1 juta rupiah untuk sehari.
Plusnya adalah kamu bebas menentukan berapa lama kamu pengen main air di pasir timbul, terus setelah itu mau kemana terserah, tentu kesepakatan dulu dengan yang punya.
Selain itu kamu tentu bisa patungan dengan teman-teman kamu supaya biayanya lebih murah karena ditanggung bersama. bMinusnya adalah kamu harus menyediakan sendiri makan siang maupun snack serta air minum.
Untuk tempat penyewaan perahu, kamu bisa mencari di seputaran pelabuhan Marina, atau di kawasan Megamas Manado, kayaknya banyak perahu yang bisa disewa yang dilabuhkan di situ.
Pilihan kedua adalah mengikuti grup travel seperti yang kami ikuti.
Plusnya adalah harga perorang jadi ‘agak’ lebih murah, selain itu kamu tinggal duduk santai di perahu menuju tempat tujuan, serta sudah disediakan makan siang ataupun minuman (baca kembali ketentuan paket travel yang ditawarkan, biasanya sudah include foto-foto dan makan siang plus snack). Untuk paket tur yang ada biasanya paketan dengan ke Bunaken atau ke pulau Siladen, jadi bisa sekalian deh.
Minusnya adalah kamu tak bisa menentukan seenaknya itinerary kamu, karena harus mengikuti jadwal dari penyelenggara tur tersebut. Jadi kalau mereka suka delay kayak yang di atas, yah kita tidak bisa banyak protes. Selain itu tentu ada banyak peserta lainnya, yang kemungkinan besar tidak kamu kenal. Tapi yah tak mengapa, hitung-hitung cuci mata deh hahaha.
Jika kamu pengen snorkeling, kamu harus menambah biaya sendiri untuk sewa alat snorkelnya (kacamata dan fin), biayanya berkisar 100 ribu rupiah, biasanya disediakan pelampung buat yang tak bisa berenang.Kalau pengen sekalian dengan bajunya, biasanya jadi 150ribu.
Kamu bisa menemukan grup tur/traveling tadi via Facebook atau Instagram. Untuk paket yang saya dan teman-teman ikuti di atas namanya Mbargo Travel.
So, jika ada pertanyaan atau kamu pengen tahu lebih lanjut silakan dituliskan di kolom komentar di bawah.
Selamat bapontar!
PS. Saat ini kayaknya sudah banyak travel agent yang menawarkan perjalanan ke Pulau Nain, kamu bisa coba search di Instagram atau media sosial lainnya.
Untuk travel agent yang kami pakai di atas, gak tahu apa masih eksis atau tidak haha.