Kali ini saya tak akan membahas nyamannya jalan-jalan di pasir pantai sambil merasakan debur ombak di antara jemari kaki.
Yah meskipun belum lama ini memberanikan diri mengunjungi pantai dan akhirnya parno sendiri.
Saya sedang tertarik membahas tentang ekspektasi dalam komunikasi.
Sepertinya saya harus belajar mengabaikan chattingan Whatsapp yg masuk. Fast respon harus mulai dikurangi.
— Sefanya (@sevasetyo) June 3, 2020
Beberapa waktu lalu sempat ngetwit seperti di atas, berhubung saya orangnya bisa dikatakan ‘cukup’ fast respon masalah chattingan ini khususnya Whatsapp ya.
Mungkin terbawa karena di bidang kerjaan, komunikasi itu sangat penting. Karena itu chat yang masuk itu bisa cepat dibaca dan dibalas.
KECUALI yang chat sudah tahap menyebalkan atau mengganggu. Takkan diblok hanya saja dibiarkan. Walau yah kepikiran juga sih.
Hal ini menyebabkan masalah…
itu yang menyebabkan saya menulis twit di bawah ini..
Setelah mencoba memahami lebih, ini masalahnya karena terlalu sering pegang hp, dan expect orang lain do the same. Masalah bukan di orang lain, masalah di diri sendiri. It’s clear now. https://t.co/25kFNxWIBu
— Sefanya (@sevasetyo) August 27, 2020
Yup… akibat fast respon yang tadi, menumbuhkan ekspektasi dalam diri saya sendiri, orang lain seharusnya melakukan hal yang sama.. karena saya sudah melakukan duluan dong.
Padahal tak selamanya seperti itu…
Dan seringnya memang tak seperti itu haha.
Ketika chat saya tak dibalas, jangankan dibalas, dibaca saja tidak…
Membuat rasanya ada yang mengganjal di hati, menumpuk menjadi asumsi… Asumsi yang menggunung akhirnya meluber jadi overthinking… Di tahap ini kalau tak segera dikontrol akan menjadi kesal, marah, dan beragam emosi negatif lainnya.
Bukan hal yang menyenangkan.
Semuanya lahir dari sebuah ekspektasi, ekspektasi akan tindakan orang lain yang sebenarnya tak berdasar.
Saya lupa, beberapa waktu lalu saya pernah mengajarkan kepada anak-anak pemuda binaan di kelompok ibadah di gereja saya.
Dari semua hal yang terjadi di dunia ini, ada dua ciri utama dari semuanya.
Yang pertama ialah hal-hal yang terjadi dalam kendali atau kontrol kita
Sedangkan yang kedua adalah hal-hal yang di luar kendali kita.
Tindakan orang untuk mengabaikan chat ataupun respons komunikasi yang lambat itu bukanlah sesuatu yang bisa kita kendalikan.
Semua pilihan dan keputusan orang lain itu takkan pernah menjadi hal yang bisa kita atur.
Namun tanggapan akan hal tersebut, respons sikap diri saya sendiri akan hal itu. Merupakan sesuatu hal yang sangat-sangat jelas termasuk dalam kategori pertama tadi.
Itu bisa dan seharusnya saya yang kendalikan.
Tentu, masing-masing orang punya kesibukan sendiri… entah dia dalam pekerjaan, atau mungkin sedang enjoy menikmati hidup, atau ekstrimnya seperti yang populer di twit-twit galau Twitter, kalau chatmu tak terbalas, berarti yah.. kamu bukan prioritas saja. Haha..
Apapun alasannya.. satu hal yang saya pahami adalah itu di luar kendali pribadi saya.
Itu ranah pribadi orang lain, keputusan dan tindakannya semata yang dia ambil.
Apa yang bisa saya kendalikan adalah respon saya terhadap apa yang terjadi.
Tanggapan dan pemikiran saya akan hal itu, menurunkan ekspektasi diri sendiri terhadap respon orang lain.
Yang akhirnya akan membuat diri ini jadi lebih menikmati hidup.
Be Happy!
Leave a Reply